Minggu, 04 Oktober 2015

HARUSKAH KULIAH KE LUAR NEGERI?

HARUSKAH KULIAH KE LUAR NEGERI?



            Tujuh tahun yang lalu, aku mengikuti tes pertukaran pelajar dan aku pun tidak lolos. Kejadian ini membuat semakin penasaran dengan luar negeri, bagaimana saljunya, bagaimana orang-orangnya, bagaimana makananannya, bagaimana pendidikannya dan kesemua hal yang menyangkut luar negeri. Kuakui aku bukanlah orang yang terlalu cinta pada sosok tradional karena aku moderat. Begitulah cara pikirku pada waktu itu.
            Menjelang memasuki kuliah keinginan ke luar negeri muncul kembali karena sosok yang dikagumi oleh orang-orang disekitarku adalah orang-orang yang berhasil keluar negeri entah itu untuk melanjutkan kuliah, menghadiri konferensi atau mengkuti lomba. Sungguh sangat prestatif. Akupun iri dengan orang-orang yang diberi kesempatan ke luar negeri. Tapi itulah aku, aku hanya meluap-luap didalam tapi tidak bergejolak diluar. Ingin hanya sebatas ingin. Tidak bertindak. Mengapa? Pikiran dan hati saling bertentangan. Pentingkah itu?Apa yang benar-benar kau inginkan? Buat apa kamu seperti itu? Untuk gengsikah? Untuk diakui bahwa kamu hebat? Ku akui aku akan menjawab YA. YA aku ingin dianggap kalau aku hebat. Semakin aku berpikir untuk dianggap hebat semakin hebat pertentanganku. Aku juga tidak ingin dianggap hebat dalam hal apapun karena demikianlah adanya bahwa aku memang tidak hebat, seorang manusia biasa. Lalu untuk apa ke luar negeri?
            Hari Minggu tanggal 4 Oktober 2015, aku mengikuti kajian Tafsir Ibn Katsir oleh Ustadz Hafidz Al Musthofa, LC. Materi kajian itu adalah Tafsir surat Al-Quraisy yang mana dalam penutupnya ustadz memberikan jawaban atas kegundahanku selama ini bahwa segala hal yang tidak diniatkan ibadah oleh manusia kepada Rabb.nya maka perbuatan itu sia-sia. Bahkan Syakhul Islam Ibn Taimiyyah mendefinisikan arti ibadah secara gamblang bahwa Ibadah adalah istilah yang mencakup semua dicintai oleh Allah baik itu ucapan, tindakan maupun batin. Ustadz Hafidz juga menjelaskan faedah surat Al-Quraisy bahwa semua kesuksesan dan semua kesejahteraan adalah karena Allah. Jika manusia mengakui bahwa nikmat yang mereka dapat karena hasil dari kerja keras atau dari keseriusan mereka berusaha maka mereka sedang “Kufur Nikmat”. Namun, apabila manusia mengakui bahwa kesuksesan yang mereka peroleh adalah nikmat Allah karena dia pintar atau pekerja keras maka mereka dinamai “Takabbur”.  Lalu apa yang harus dilakukan? Yang harus dilakukan adalah bersyukur. Bersyukur karena semua nikmat datangnya dari Allah, manusia sama sekali tidak boleh merasa hebat. Bisa jadi Allah mencabut kenikmatan otak sehingga dikenai penyakit karenanya.
            Jika ke luar negeri dalam rangka ibadah, ibadah seperti apa? Menuntut ilmu? Menuntut ilmu keduniaan seperti menuntut ilmi bisnis di Harvard Bussiness School seperti yang kuinginkan? Aku ingin menjadi pengusaha sukses namun sama sekali tidak tertarik untuk menjadi hafidzah. Salahkah aku? Aku ingin mempelajari ilmu bisnis supaya sejahtera di dunia namun aku tak mau mempelajari ilmu agama agar selamat di akhirat?
            Akhirnya, aku membulatkan keputusanku untuk mempelajari ilmu agama, sedikit-sedikit, jatuh bangun karena memang aku bukanlah seorang yang konsisten. Seseorang dianggap bermanfaat tidak hanya karena dia lulusan luar negeri bukan? tidak harus ke luar negeri untuk mencari ilmu, sedangkan di universitas kehidupan aku hanya mempelajari sedikit. namun, aku juga tidak menutup kemungkinan untuk berangkat kesana dan kembali menata niat agar tidak tergelincir. "Seseorang tetap mendapat kehormatan karena ilmunya, karena ketulusan dia dalam mencari dan menebarkan ilmu. Barangsiapa mempunyai sumbangan pada kemanusiaan, dia tetap terhormat sepanjang zaman, bukan kehormatan sementara. Mungkin orang itu tidak mempunyai sahabat, mungkin  tidak mempunyai kekuasaan barang secuwil pun. Namun, umat manusia akan menghormati karena jasa-jasanya. Dan orang tak mungkin memberikan sumbangan pada kemanusiaan tanpa ilmu da pengetahuan yang luas, yang menyumbarambahi. Tidak mungkin kalau orang itu berjiwa budak karena kekangan takhayul. Dia pasti orang yang berjiwa bebas yang tidak memerlukan ketakutan-ketakutan tanpa guna. Pramoedya Ananta Toer”
            Hasil kontemplasi sederhana ini aku menemukan formula, belum aku lakukan secara konsisten tetapi paling tidak, akan mengakhiri beban batin karena sungguh beban batin akan menghambat jalanku. Maju tidak mundur tidak. Karena aku harus maju, maka aku akan mencoba formula “ ONE DAY ONE JUZ. ONE WEEK ONE BOOK. ONE WEEK HAVE A DEAL FOR MY BUSINESS. ONE WEEK ONE ARTICLE. “
            Segala sesuatu karena Allah, aku hanya berusaha tanpa memikirkan hasil tanpa memikirkan apapun selain Dia. Agar hatiku juga tenang karena aku tak akan takut dan khawatir oleh apapun di dunia ini. Semoga bisa istiqomah. Mohon maaf karena ilmuku masih sedikit pengetahuanku kurang, aku hanya bisa menulis seperti sketsa.
Surabaya, 5 Oktober 2015